Thursday, August 24, 2006

Movie Review: Lady in the Water (Spoiler alert!!!)

Another M. Night Shyamalan movie!!! Ekspektasi yang begitu tinggi terhadap film ini membuat saya takut apabila hasilnya mengecewakan. Ketakutan saya bertambah ketika temannya sahabat saya bilang kalau Shyamalan seperti mempermalukan dirinya sendiri melalui film ini. Tetapi merindingnya Frincia yang nonton bersama saya dan tepuk tangan penonton di gedung bioskop ketika scene pamungkasnya muncul membuat ketakutan saya tak terbukti.

Menurut cerita yang ditawarkan film ini, Story (Bryce Dallas Howard), si wanita cantik, adalah seorang Narf yang berasal dari “dunia lain”. Serentetan kejadian, termasuk kemunculan Story dari dalam kolam renang, mempertemukannya dengan seorang pemilik apartemen yang gagap, Cleveland Heep (Paul Giamatti). Bersama-sama penghuni apartemen lainnya, Cleve bahu membahu melindungi Story kembali ke dunianya dari ancaman makhluk jahat.

Cerita yang sederhana, efek yang sederhana (kalau tidak bisa dibilang murahan), namun penonton bisa merasakan ketegangan yang luar biasa. Inilah ciri khas film-film M. Night Syahmalan (The Sixth Sense, Unbreakable, The Signs, The Village) yang juga ada di film Lady in the Water. Tingkat ketegangannya dibangun melalui jalinan plot dan alur cerita yang disusun sedemikian apiknya. Ditambah dengan musik pengiring yang pas (yang tidak terdengar seperti BGM mainstream Hollywood), penonton bisa merasakan, membayangkan, dan mengerti sepenuhya apa yang sebenarnya terjadi di film itu walaupun tanpa disertai adegan-adegan tambahan yang bisa menjelaskan situasi di apartemen itu dengan lebih jelas. Ceritanya berkembang melalui percakapan para karakternya. Seperti memainkan RPG yang perkembangan main storynya (atau pun sub-storynya) dapat kita ketahui melalui percakapan dengan para NPC (Non Playable Characters). Efektif dan efisien!

Entah karena para pemainnya sendiri atau memang tuntutan skenario, penampilan mereka kurang menggigit. Paul Giamatti yang seharusnya memainkan peran sebagai orang yang gagap malah tidak terlihat begitu gagap, dan seringkali terkesan dipaksakan. Saya malah baru sadar kalau Cleve itu gagap ketika ia berkata bahwa dirinya tidak gagap lagi kalau berada di dekat story. Bryce seperti tidak berakting, walaupun tuntutan perannya adalah menjadi Narf yang super cool. Yang menarik, Shyamalan yang biasanya bermain singkat sebagai cameo di film-filmnya, kali ini bermain sangat lama dan berperan sebagai karakter penting (yang memang semua karakter di film ini penting) Sisanya? Es te de! Tetapi mungkin susah juga untuk memperhatikan akting setiap pemain karena jumlah karakternya yang begitu banyak dan semuanya mempunyai peran yang penting, walaupun di awal film mereka sepertinya hanya figuran. Cool, eh?
Spoiler: Reggie plays a very very important part in the story

Another spoiler: Dari tagline-nya saja, time is running out for a happy ending, sebenarnya endingnya bisa ketahuan. Dan hebatnya lagi, twist yang selalu muncul pada karya-karya Shyamalan sebelumnya tidak muncul kali ini, padahal sudah ditunggu-tunggu oleh penggemar film-filmnya, thus making it another twist! An expected twist which doesn’t happen is actually a twist, right? What a great twist this movie has!

Cerita 8/10
Pemain 6/10
Ending 8/10
Overall 8/10