Adek

Biasanya di kereta ada orang-orang yang mengaku utusan dari pesantren atau masjid manaaa gitu. Mereka memberikan amplop-amplop kepada para penumpang. Yang mau memberikan sumbangan tinggal taruh uang ke dalam amplop tersebut. Kalau nggak mau ya sudah pegang saja amplopnya sampai nanti diambil kembali.

Pagi itu, ada seorang ibu dari suatu pesantren yang membagi-bagikan amplop. Seperti biasa, gue pegang aja tanpa mengisinya. Gue paling males ngasih duit buat yang begitu-begituan.

Si ibu kemudian mulai mengambil kembali amplop yang telah ia bagi-bagikan. Saat dia mau mengambil amplop dari tangan gue, dia bilang:

"Permisi, Adeeek!"

Dia mengambil amplop tersebut dari tangan gue.

"Makasih, Adeeek!"

Eh, gue baru sadar kalo dia dari tadi manggil gue dengan sapaan Adek. Padahal gue dipanggil Mas aja udah syukur. Soalnya biasanya pada manggil Om atau Pak.

Tahu gitu tadi gue taruh uang di amplopnya. Padahal kantong gue lagi penuh lembaran uang kembalian abis beli tiket kereta.