Sunday, April 10, 2005

Review: Robots

Blue Sky Studios yang sukses dengan Ice Age, yang hampir mendapat Oscar kalau saja tidak ada anime Jepang “Spirited Away”, kembali dengan formula mujarabnya menghasilkan film animasi kocak nan lucu, “Robots”. Tidak tanggung-tanggung usaha yang dilakukan Blue Sky demi kesuksesan film ini. Mulai dari proses pembuatan yang memakan waktu 3 tahun, bujet yang tinggi untuk CGI (Computer Generated Image), sampai mencari pengisi suara kelas wahid seperti Robin Williams, Ewan McGregor, Mel Brooks, dan Halle Berry.

Cerita bersetting di dunia dimana segala aktifitas berjalan layaknya kebudayaan manusia, hanya saja dilakukan oleh robot. Adalah Rodney (Ewan McGregor), seorang (sebuah?) robot yang sejak kecil tertarik dengan penemuan-penemuan dan bercita-cita untuk menjadi seorang penemu terkenal demi mendongkrak nasib hidupnya yang hanyalah seorang anak tukang cuci piring. Ia sangat menyukai sebuah acara televisi tentang sebuah perusahaan di Robot City yang sangat menghargai karya-karya penemu dari manapun. Perusahaan tersebut dipimpin oleh penemu senior di dunia robot, Bigweld (Mel Brooks).
Rodney pun memutuskan untuk pergi ke Robot City untuk menemui Bigweld.

Ibu kota lebih kejam daripada ibu tiri. Itulah yang dirasakan Rodney saat tiba di Robot City. Kesulitan demi kesulitan ia temui untuk mencari Bigweld, yang ternyata sudah posisinya di perusahaan sudah dikudeta oleh robot tiran, Ratchet (Greg Kinnear). Beruntung (atau justru sial?) di tengah perjalannya ia bertemu dengan Fender (Robin Williams) dan Pinwheller (Amanda Bynes), robot-robot dari kelompok pinggiran yang mencoba membebaskan diri dari tiran.

What an Impressive CGI! Itulah yang ada di benak saya ketika sedang menonton film ini. Teknologi ray tracing dan radiosity yang diimplementasikan pada fim ini benar benar memukau. Efek-efek mengkilap,tekstur,pencahayaan,sampai efek karat ditampilkan dengan begitu sempurna. Sayang, saya sepertinya hanya menonton sebuah pertunjukkan lawak yang eye catching. Unsur drama yang biasanya menjadi perhatian serius para pembuat fim-film animasi Hollywood terasa sangat kurang. Naskah yang disuguhkan kurang berbobot, bertele-tele,dan terkesan memaksa. Apalagi penyelesaian masalah yang terlalu sederhana, seperti ketika Bigweld menjadi semangat kembali sesudah mendengar kalimat-kalimat kurang bermakna dari Rodney. Para voice actor juga terdengar kurang menggigit. Robin williams sepertinya tidak cocok memerankan karakter Fender. Atau mungkin karakter Fender sendiri yang memang tidak begitu menarik? Anda yang menentukan! Untungnya, unsur komedi yang sangat pas benar-benar menolong film ini. Mungkin hanya film inilah satu-satunya animasi CGI yang dapat menyamai kulucuan Shrek 2.

Cerita: 5/10
Pengisi suara: 6/10
Ending: 8/10
Overall: 7/10
CGI: 10/10

No comments: