Cerita ini sudah lama sekali, sewaktu saya baru masuk kuliah. Tepatnya ketika saya baru saja menyelesaikan Masa Orientasi di kampus. Saya sudah menceritakan ini ke teman-teman saya (yang saya kira sudi untuk mendengarnya, tentunya), tapi serunya pengalaman ini membuat saya ingin menceritakannya terus dan terus.
Saat saya sedang praktikum biologi dasar di siang hari, saya merasakan adanya keganjilan di celana dalam saya bagian belakang. Sepertinya ada sesuatu yang nyangkut. Rasanya nggak enak. Nggak nyaman!
Ketika saya mencoba untuk merabanya dari luar, saya tidak merasakan ada apa-apa di dalam. Tapi tetap saja saya merasa nggak nyaman. Yang pertama kali terlintas di benak saya,
"Jangan-jangan gue cebok gak bersih nih..."
Untuk memastikannya, saya pergi ke toilet pria. Untung saja saat itu tidak ada orang di dalam wc, karenanya saya bisa bebas meng-explore bagian-bagian tubuh saya.
Ketika tangan saya sudah menyentuh bagian belakang, saya masih tidak dapat merasakan dan menyentuh apapun. Maka saya memutuskan untuk melakukan penterasi lebih dalam dengan jari.
Saat itulah saya menyentuh sesuatu seperti karet.
Pikir saya, "waduh, gue nelen permen karet trus gak bisa dicerna. Keluar utuh deh..."
Saya lantas mengambil suatu keputusan yang cukup berani. Menariknya!
Saat saya menariknya, saya merasa ada sesuatu yang tidak beres. Kenapa karetnya panjang sekali? Walaupun hanya membutuhkan waktu sepersekian detik untuk menariknya, tapi tetap saja terasa kalau benda itu lebih panjang dari permen karet pada umumnya. Mungkinkah metabolisme pencernaan saya memungkinkan terjadinya perubahan ukuran dan elastisitas permen karet?
Dengan nekat, saya mencoba melihat benda tersebut sambil tetap memegangnya.
Cacing dengan panjang 10 cm lebih dengan warna pink dan tubuh beruas-ruas, sambil menggeliat, sudah cukup menghadirkan pemandangan yang sangat mengerikan yang pernah saya lihat seumur hidup. Spontan, saya langsung membantingnya ke lantai sambil sedikit menjerit. Keluarlah pernyataan,
"You want a war? You'll get it!".
Sepulang dari kampus, saya membeli combantrin dan meminumnya sesampainya di asrama. Perang selesai.
Saya teringat ketika saya mengikuti Masa Orientasi, kami dikumpulkan para panita untuk makan siang di aula. Makan siang tanpa sendok garpu!!!
Padahal sebelumnya kami disuruh mengumpulkan daun-daun yang berserakan di halaman kampus.
Invasi pun tak terhindarkan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5 comments:
ha ha...
gue termasuk teman yang sudi untuk mendengarkan cerita lo waktu itu kok.. ^_^
Anjis.
Gua denger sekali udah jijik. Lo pake nulis lagi pula di blog.
Tapi gpp juga sih. Kali ini gua dapet visual yang lebih jelas (lebih kebayang bentuk cacingnya, gitu)
Hiaks.
WHAT THE FK!!!
That's Embarrasing!! Orang kaya loe bisa juga cacingan ye?? parahh!!!
ya ampun andre..!!
gw kira cuma gw yang denger cerita ini.. eh, sekarang lo tulis..
oh my God!!
gw baca sambil makan siang...
untung nggak jijik.
cacingnya berarti bukan kremi tuh, jenis laen.
Post a Comment